Visitors

Sunday, July 28, 2013

Untitled


Nama lengkap saya Ratu Hardiyanti Supriyadi Putri namun kebanyakan orang orang akrab menyapa saya dengan panggilan 'Ratu', 'Tu', atau 'Toe'. Seorang mahasiswi 18 tahun asal kota Makassar yang sedang mengenyam pendidikan S1 di Institut Pertanian Bogor. Pada tahun ajaran baru yang akan berlangsung di bulan September 2013 nanti saya akan duduk di tingkat tiga, tepatnya semester lima. Saya anak kedua dan putri satu-satunya di keluarga saya. Namun ketika akhirnya kakak saya harus lebih dulu menghadap Sang Pencipta, maka saat itu pula saya menjadi anak tertua. Tumbuh dan berkembang sebagai anak yang paling tua dan memiliki seorang adik laki-laki sedikit banyak membentuk kepribadian saya menjadi seorang yang mandiri.
Sejak duduk di Taman Kanak Kanak, kedua orang tua saya sudah membiasakan saya untuk pulang pergi sekolah dengan jemputan seorang tukang becak langganan. Hal itu berlanjut saat saya masuk ke salah satu sekolah dasar negeri dimana Ayah juga telah mendaftarkan saya pada mobil antar-jemput karena lokasi rumah yang cukup jauh dari sekolah. Mengenyam pendidikan sejak awal, menjadikan saya lulusan terbaik saat Taman Kanak-kanak dan selalu memperoleh peringkat pertama di kelas selama 6 tahun berturut-turut. Hal itu membuat Ayah saya berkeinginan untuk memasukkan saya ke SMP Negeri terfavorit di kota Makassar dan memilih kelas percepatan atau yang lebih dikenal Akselerasi. Dengan kepercayaan diri serta doa dan dukungan yang besar dari kedua orang tua, maka Alhamdulillah saya berhasil masuk ke sekolah tersebut dan bisa menyelesaikan jenjang sekolah menengah pertama hanya dalam waktu dua tahun dan akhirnya melanjutkan ke salah satu SMA Negeri favorit di kota yang sama pula, juga berkat pilihan Ayah saya dengan pertimbangan bahwa biaya sekolah disana jauh lebih murah dari SMA lain, namun kualitas pendidikannya tidak kalah bersaing di kota Makassar.
Hal tersebut membuat saya sedikit kecewa karena berencana untuk melanjutkan pendidikan SMA ke sekolah menengah atas tertua yang ada di kota Makassar atau sekolah yang juga menyediakan kelas Akselerasi pada tingkatannya. Tetapi seiring bertambahnya umur saya, saya mulai menyadari bahwa kondisi perekonomian keluarga mulai berubah sejak kantor tempat Ayah bekerja sebelumnya harus gulung tikar. Saya tidak boleh egois karena ada Wira adik saya, yang juga harus dibiayai pendidikannya.  Oleh karena itu, saya menerima saran Ayah untuk melanjutkan pendidikan ke SMA negeri pilihannya tersebut. Alhamdulillah lagi, tanpa hambatan apapun saya berhasil menjadi siswi di sekolah tersebut.
Menjadi seorang siswi SMA saat itu membuat saya sangat tertarik dengan dunia organisasi yang belum pernah saya rasakan saat duduk di bangku SD atau pun SMP. Saya pun segera bergabung dengan dua ekskul yang menarik minat saya yaitu Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera) dan Fiery (Five English Generation Community). Bergabung sebagai anggota yang aktif mengantarkan saya menjadi pengurus inti pada kedua ekskul tersebut dan tidak jarang turut menyumbang prestasi. Tetapi saat itu saya menyadari,  besarnya kontribusi saya pada kegiatan ekskul membuat nilai-nilai atau prestasi akademik saya jauh menurun dibandingkan saat SD atau pun SMP. Namun meski sadar seperti itu, saya masih saja sibuk mengurus ekskul dan agak sedikit melupakan nilai akademik saya yang terbilang cukup pas-pasan. Walau akhirnya saya masih tetap bisa bersyukur karena menjadi sebagian dari seluruh siswa/i kelas 3 yang memperoleh jalur SNMPTN Undangan meski sistemnya baru dimulai tahun itu.
Saya sempat dilanda kebingungan antara melanjutkan ke Jurusan Manajemen yang saya minati atau Jurusan Kedokteran yang sangat diinginkan oleh Ayah. Saya pun menyadari bahwa sejak kecil Ayah memegang kendali untuk pendidikan saya. Saya hanya dibiarkan mengikuti keinginan beliau dan merasa senang jika bisa mengabulkannya. Namun itu semua karena beberapa dari keinginan Ayah adalah keinginan saya juga. Saat itu, kuliah di jurusan Kedokteran benar-benar tidak ada lagi di kepala saya sejak duduk di bangku SMA. Saya merasa tidak ingin lagi berkutat dengan dunia sains dan ingin berfokus ke bidang sosial meski saya adalah lulusan IPA.
Dilanda kebingungan seperti itu membuat saya hanya bisa mengadu ke Ibu dan beliau pun menyuruh saya untuk memantapkan hati dan berdoa kepada Allah melalui istikharah. Beberapa minggu setelah itu, entah kenapa hati saya tergerak untuk melirik jurusan Pertanian sejak membaca biografi Rady A Gani, mantan Bupati Wajo (salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan) yang bisa berkeliling dunia dengan gelar sarjana pertaniannya dan beliau pun bangga dengan hal tersebut.
Saya pun mengungkapkan rencana saya kepada Ibu untuk memantapkan pilihan ke Jurusan Pertanian dan memilih Institut Pertanian Bogor dengan keinginan klise saat SMA bahwa kelak ketika kuliah nanti saya harus menempuh pendidikan di Pulau Jawa agar bisa lebih banyak mengenal lingkungan yang jauh berbeda dari sebelumnya. Ibu hanya menyarankan saya agar tetap berdoa agar dilancarkan semuanya.
Ketika pengumuman SNMPTN Undangan berlangsung, betapa bersyukurnya saya karena berhasil menjadi salah satu dari puluhan ribu calon mahasiswa yang berhasil lulus lewat jalur ini. Ayah yang awalnya ingin sekali saya menjadi Dokter saat itu juga terlihat sangat bangga. Ayah sadar bahwa ia tidak bisa lagi menentukan pendidikan saya seperti saat saya masih duduk di bangku TK hingga SMA. Kuliah bukan lagi tempat yang bisa ia jamah sebab kata Ayah kelak yang akan menjalankan seterusnya dan bertanggung jawab atas semuanya adalah diri saya sendiri. Saya hanya bisa terus bersyukur atas dukungan dan kemudahan yang saya peroleh dalam bidang pendidikan selama ini, sebab saya percaya bahwa itu semua tidak terlepas dari doa dan ridho kedua orang tua saya.  Saya yakin sesungguhnya di ridho kedua orang tua saya, ada ridho Allah di dalamnya.
Saat ini waktu luang saya banyak diisi dengan mengikuti organisasi dan kepanitiaan di kampus, juga sering aktif di media sosial dan menulis jurnal pribadi online. Kelak ketika telah menyelesaikan pendidikan di Institut Pertanian Bogor, saya masih berencana untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang strata dua. Saya berencana untuk melanjutkan pendidikan ke Wageningen Universiteit di Belanda atau Sidney Univesity di Australia, tentunya pada bidang pertanian dengan spesialisasi tanaman hias atau hortikultura melalui program beasiswa yang ditawarkan. Semoga dengan semua yang telah dan kelak akan saya peroleh dapat mengantarkan saya berkeliling dunia dan bermanfaat bagi orang banyak dengan peran saya sebagai duta Indonesia untuk FAO PBB. Aamin.