entah.
sering kali saya merasa benar tapi ternyata semuanya salah
sudah mencoba untuk menghindar tapi dia terlanjur menghampiri
seperti halilintar yang menjerat dan meneriaki kalau semua ini harus terjadi
sering kali saya merasa benar tapi ternyata semuanya salah
sudah mencoba untuk menghindar tapi dia terlanjur menghampiri
seperti halilintar yang menjerat dan meneriaki kalau semua ini harus terjadi
namanya bukan salah. dia datang memperkenalkan diri sebagai harapan
"panggil saja 'harap' ", katanya. "sama saja bukan?", lanjutnya lagi
"panggil saja 'harap' ", katanya. "sama saja bukan?", lanjutnya lagi
kupandangi dia dengan tatapan kosong
sedetik kemudian, imajinasiku mengambil alih
dia berdiri bagai berorasi dengan memaki memegang kendali
jiwaku angkat kaki, pergi bersembunyi
terganti oleh imajinasi yang tiap saat terus menari
sedetik kemudian, imajinasiku mengambil alih
dia berdiri bagai berorasi dengan memaki memegang kendali
jiwaku angkat kaki, pergi bersembunyi
terganti oleh imajinasi yang tiap saat terus menari
"hey! dia akan menang. sebentar lagi", teriak cermin sebagai cameo
apatis dengan semuanya, dia menutup telinga, memalingkan muka
namun tidak berhenti untuk terus berlari kesana dan kemari
dia terus memainkan peran seakan menikmati pekerjaannya
membuka setiap pintu yang tertutup,
menghancurkan fondasi yang teguh,
dan membawa terbang kepastian, seluruh harta milik keinginan
apatis dengan semuanya, dia menutup telinga, memalingkan muka
namun tidak berhenti untuk terus berlari kesana dan kemari
dia terus memainkan peran seakan menikmati pekerjaannya
membuka setiap pintu yang tertutup,
menghancurkan fondasi yang teguh,
dan membawa terbang kepastian, seluruh harta milik keinginan
...hingga waktu datang, harap pun tak kembali
bersama kepastian menghilang bagai buih
terganti kesadaran sebagai upeti
bersama kepastian menghilang bagai buih
terganti kesadaran sebagai upeti
No comments:
Post a Comment