Nama lengkap saya Ratu Hardiyanti Supriyadi Putri namun kebanyakan orang orang akrab menyapa saya dengan panggilan 'Ratu', 'Tu', atau 'Toe'. Seorang mahasiswi 18 tahun asal
kota Makassar yang sedang mengenyam pendidikan S1 di Institut Pertanian Bogor.
Pada tahun ajaran baru yang akan berlangsung di bulan September 2013 nanti saya
akan duduk di tingkat tiga, tepatnya semester lima. Saya anak kedua dan putri
satu-satunya di keluarga saya. Namun ketika akhirnya kakak saya harus lebih
dulu menghadap Sang Pencipta, maka saat itu pula saya menjadi anak tertua.
Tumbuh dan berkembang sebagai anak yang paling tua dan memiliki seorang adik
laki-laki sedikit banyak membentuk kepribadian saya menjadi seorang yang
mandiri.
Sejak
duduk di Taman Kanak Kanak, kedua orang tua saya sudah
membiasakan saya untuk pulang pergi sekolah dengan jemputan seorang tukang
becak langganan. Hal itu berlanjut saat saya masuk ke salah satu sekolah dasar negeri dimana
Ayah juga telah mendaftarkan saya pada mobil antar-jemput karena lokasi
rumah yang cukup jauh dari sekolah. Mengenyam pendidikan sejak awal, menjadikan
saya lulusan terbaik saat Taman Kanak-kanak dan selalu memperoleh peringkat pertama di kelas
selama 6 tahun berturut-turut. Hal itu membuat Ayah saya berkeinginan untuk
memasukkan saya ke SMP Negeri terfavorit di kota Makassar dan memilih kelas percepatan atau yang lebih
dikenal Akselerasi. Dengan kepercayaan diri serta doa dan dukungan yang besar
dari kedua orang tua, maka Alhamdulillah saya berhasil masuk ke sekolah
tersebut dan bisa menyelesaikan jenjang sekolah menengah pertama hanya dalam
waktu dua tahun dan akhirnya melanjutkan ke salah satu SMA Negeri favorit di kota yang sama pula, juga berkat
pilihan Ayah saya dengan pertimbangan bahwa biaya sekolah disana jauh lebih
murah dari SMA lain, namun kualitas pendidikannya tidak kalah bersaing di kota
Makassar.
Hal
tersebut membuat saya sedikit kecewa karena berencana untuk melanjutkan
pendidikan SMA ke sekolah menengah atas tertua yang ada di kota Makassar atau
sekolah yang juga menyediakan kelas Akselerasi pada tingkatannya. Tetapi
seiring bertambahnya umur saya, saya mulai menyadari bahwa kondisi perekonomian
keluarga mulai berubah sejak kantor tempat Ayah bekerja sebelumnya harus gulung
tikar. Saya tidak boleh egois karena ada Wira adik saya, yang juga harus dibiayai pendidikannya. Oleh karena itu, saya menerima saran Ayah
untuk melanjutkan pendidikan ke SMA negeri pilihannya tersebut. Alhamdulillah lagi, tanpa
hambatan apapun saya berhasil menjadi siswi di sekolah tersebut.
Menjadi
seorang siswi SMA saat itu membuat saya sangat tertarik dengan dunia organisasi
yang belum pernah saya rasakan saat
duduk di bangku SD atau pun SMP. Saya pun segera bergabung dengan dua ekskul
yang menarik minat saya yaitu Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera) dan Fiery (Five English Generation Community). Bergabung sebagai anggota
yang aktif mengantarkan saya menjadi pengurus inti pada kedua ekskul tersebut
dan tidak jarang turut menyumbang prestasi. Tetapi saat itu saya menyadari, besarnya kontribusi saya pada kegiatan ekskul
membuat nilai-nilai atau prestasi akademik saya jauh menurun dibandingkan saat
SD atau pun SMP. Namun meski sadar seperti itu, saya masih saja sibuk mengurus
ekskul dan agak sedikit melupakan nilai akademik saya yang terbilang cukup
pas-pasan. Walau akhirnya saya masih tetap bisa bersyukur karena menjadi
sebagian dari seluruh siswa/i kelas 3 yang memperoleh jalur SNMPTN Undangan meski
sistemnya baru dimulai tahun itu.
Saya
sempat dilanda kebingungan antara melanjutkan ke Jurusan Manajemen yang saya
minati atau Jurusan Kedokteran yang sangat diinginkan oleh Ayah. Saya pun
menyadari bahwa sejak kecil Ayah memegang kendali untuk pendidikan saya. Saya
hanya dibiarkan mengikuti keinginan beliau dan merasa senang jika bisa
mengabulkannya. Namun itu semua karena beberapa dari keinginan Ayah adalah
keinginan saya juga. Saat itu, kuliah di jurusan Kedokteran benar-benar tidak
ada lagi di kepala saya sejak duduk di bangku SMA. Saya merasa tidak ingin lagi
berkutat dengan dunia sains dan ingin berfokus ke bidang sosial meski saya
adalah lulusan IPA.
Dilanda
kebingungan seperti itu membuat saya hanya bisa mengadu ke Ibu dan beliau pun
menyuruh saya untuk memantapkan hati dan berdoa kepada Allah melalui
istikharah. Beberapa minggu setelah itu, entah kenapa hati saya tergerak untuk
melirik jurusan Pertanian sejak membaca biografi Rady A Gani, mantan Bupati
Wajo (salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan) yang bisa berkeliling dunia dengan gelar sarjana pertaniannya dan beliau
pun bangga dengan hal tersebut.
Saya
pun mengungkapkan rencana saya kepada Ibu untuk memantapkan pilihan ke Jurusan
Pertanian dan memilih Institut Pertanian Bogor dengan keinginan klise saat SMA
bahwa kelak ketika kuliah nanti saya harus menempuh pendidikan di Pulau Jawa
agar bisa lebih banyak mengenal lingkungan yang jauh berbeda dari sebelumnya.
Ibu hanya menyarankan saya agar tetap berdoa agar dilancarkan semuanya.
Ketika
pengumuman SNMPTN Undangan berlangsung, betapa bersyukurnya saya karena
berhasil menjadi salah satu dari puluhan ribu calon mahasiswa yang berhasil
lulus lewat jalur ini. Ayah yang awalnya ingin sekali saya menjadi Dokter saat
itu juga terlihat sangat bangga. Ayah sadar bahwa ia tidak bisa lagi menentukan
pendidikan saya seperti saat saya masih duduk di bangku TK hingga SMA. Kuliah
bukan lagi tempat yang bisa ia jamah sebab kata Ayah kelak yang akan
menjalankan seterusnya dan bertanggung jawab atas semuanya adalah diri saya sendiri. Saya
hanya bisa terus bersyukur atas dukungan dan kemudahan yang saya peroleh dalam
bidang pendidikan selama ini, sebab saya percaya bahwa itu semua tidak terlepas
dari doa dan ridho kedua orang tua saya.
Saya yakin sesungguhnya di ridho kedua orang tua saya, ada ridho Allah
di dalamnya.
Saat
ini waktu luang saya banyak diisi dengan mengikuti organisasi dan kepanitiaan
di kampus, juga sering aktif di media sosial dan menulis jurnal pribadi online.
Kelak ketika telah menyelesaikan pendidikan di Institut Pertanian Bogor, saya
masih berencana untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang strata dua. Saya
berencana untuk melanjutkan pendidikan ke Wageningen Universiteit di Belanda
atau Sidney Univesity di Australia, tentunya pada bidang pertanian dengan
spesialisasi tanaman hias atau hortikultura melalui program beasiswa yang
ditawarkan. Semoga dengan semua yang telah dan kelak akan saya peroleh dapat
mengantarkan saya berkeliling dunia dan bermanfaat bagi orang banyak dengan
peran saya sebagai duta Indonesia untuk FAO PBB. Aamin.